Last Comment

Turbo Comentator

BINGUNG BAHASA ASING ? NO PROBLEM ! INI SOLUSINYA !!!

 

DOWNLOAD BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK GRATIS

BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK
(BSE)
SD-MI, SMP-MTs, SMA-MA, SMK
Silahkan klik langsung pada nomornya!
Bilamana klik pada gambar Buku Terbuka, atau Info/Berita Pendidikan, pastikan akan mendapat banyak manfaat Ilmu Pengetahuan!

DOWNLOAD GRATIS

SD/MI
Kelas

1, 2, 3, 4, 5, 6

SMA/MA
Kelas

10, 11, 12

SMP/MTs
Kelas

SMK
Kelas

10, 11, 12

"Info/Berita Pendidikan"

 

 

 

WISATA RELIGIUS SMAN 1 KRAKSAAN 2009-4

Diposting oleh SMA NEGERI 1 KRAKSAAN On 08.58

Kisah IV
Sabtu, 27 Juni 2009
ASTA TINGGI DAN MUSEUM KERATON SUMENEP

  1. Usai mampir sejenak di penginapan, maka meluncurlah ke Asta Tinggi yakni makamnya Para Raja Sumenep dan Keturunannya khususnya yang bergelar Cakraningrat dan yang terkenal di situ Bindereh Saod.
  2. Bapak Nasor Kepala Sekolah Kita yang paling bersemangat untuk mengajak dan menunjukkan kepada SUHU ke tempat-tempat yang bersejarah tersebut terutama diminta untuk membedakan Aura Yang Terpancar di Sekitar Asta Tinggi khususnya Bindere Saod dan Asy Syaikh Yusuf Talango. Beliau menjelaskan dari pengalaman pribadinya merasakan ada perbedaan yang cukup tajam antara keduanya di mana di Makam Asy Syaikh Yusuf Talango terasa lebih sejuk dan teduh di hati dan pikiran, sedangkan di Astana Tinggi tak seberapa. Dari situ SUHU mengulas ringan, ya wajar saja Pak Nasor, masalahnya Asy Syaikh Yusuf Talango Murni Tokoh Spiritual Penyebar Agama Islam sebagaimana Para Wali Songo, sedangkan di Asta Tinggi khususnya Bindere Saod itu campuran antara Umaro’-Spiritual-Ulama yang mana dunia Umaro’ mayoritas berbenturan dengan Dunia Politik, lain halnya dengan Para Khulafaur Rosyidin (Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar Ibnu Khottob Al Faruq, Utsman Ibnu ’Affan Dzun Nurain dan Sayyidina ’Ali Karromalloohu Wajhah serta ’Umar Ibnu ’Abdul ’Aziz) yang benar-benar zuhud.

  3. Sampai di Asta Tinggi, SUHU langsung diajak Bapak Nasor menemui Penjaga Kunci Makam dan mengisi Buku Tamu. Ternyata dimintai sumbangan secara ikhlas, maka muncullah Bapak Rachman dan disantuni Rp 50.000,00 untuk 2 Rombongan. Penjaga Kunci ingin menjelaskan tentang keberadaan Makam tersebut, namun Bapak Nasor menolaknya secara halus karena keterbatasan waktu dan masih ada beberapa obyek yang harus dikunjungi. Ketika masuk ke Makam Bindere Saod, SUHU sempat melihat makam Pangeran Jimat yang berada di sebelah kiri makam Bindere Saod. SUHU sebenarnya merasa asing, siapa beliau itu. Begitu masuk ke dalam makam Bindere Saod, rupanya Bapak H.As’ad Halim suami Ibu H.Sa’idah alias Ibu Yayuk sudah memimpin dzikir di situ bersama beberapa kawan. Akhirnya SUHU secara khusus berdo’a untuk Bindere Saod beserta Siapa Saja dan Apa Saja Yang Berkaitan dengan beliau terutama yang ada di Asta Tinggi, sekaligus Anak Cucunya yang berada di Pulau Jawa baik yang hidup maupun yang sudah wafat, termasuk di dalamnya KELUARGA BESAR RANGKANG di mana satu dari Keluarga Besar mereka menjadi Bupati Kita pada saat ini. Meskipun masih ada hubungan kekerabatan dengan BINDERE SAOD dan belum begitu paham, namun SUHU lebih penasaran mencari makamnya Para Raja Yang Bergelar Cakraningratan. Pak Nasor ditanya rupanya tak tahu, lalu SUHU mencoba naik ke Asta Lebih Tinggi di mana di situ ada bangungan kayak Masjid. Usai cukup lama sambung Do’a Keghoiban di depan Pintu Gerbangnya Bagian dalam, barulah menuju ke Makam tersebut dan di situ sudah banyak Orang yang bertahlil secara khidmat. Alhamdu lil laah, pencarian SUHU berhasil karena di situ mendapatkan Daftar Nama Cakraningratan. Berhubung yang di dalam sudah penuh sesak, maka mencari tempat yang longgar yakni di sebelah barat Temboknya dan cukup lama di situ sampai-sampai dari ujung kaki sampai rambut bergetar, merinding dan mengeluarkan air mata karena kebahagiaan SUHU bisa bertemu dengan sebagian Leluhur SUHU di Sumenep, meski hanya bisa menemui makamnya. Adipati Arya Wiraraja (Banyak Wide) dulunya merupakan sebagian Adipati Kerajaan Singosari Malang (masa pemerintahan Prabu Kertanegara) yang ditugaskan untuk menjadi Adipati di Madura (Sumenep). SUHU sendiri tak begitu yakin bilamana beliau aseli Orang Madura. Bilama bicara Anak Cucu Beliau yang di kemudian hari yangn hidup di daratan Pulau Madura kebanyakan mengalir darah Madura, SUHU meyakininya. Namun Anak Cucu beliau tidak semuanya hidup dan berkembang di Tanah Madura. Lantas di mana ? Di Pulau Jawa. Siapa dia ? Ronggolawe. Ronggolawe Sang Pemberontak dari Tuban-Jawa Timur itu ? Memang menurut Para Sejarawan begitu, namun yang sebenarnya tak ada yang tahu kecuali Allooh SWT. Allooh SWT Maha Berkehendak, rupanya dari Anak Cucu Ronggolawe (Arya Adhikara) bin Arya Wiraraja di kemudian hari memiliki Anak Cucu bernama Adipati WILWATIKTA Tuban. Lalu punya Anak Lelaki yakni RADEN SYAHID alias SUNAN KALIJAGA dan Adik Perempuan Setianya DEWI RASA WULAN yang dinikahi EMPU SUPA . Lalu mereka berdua beranak cucu dan bertemu Anak Cucu RADEN WIJAYA via Raja-Raja Majapahit, Demak Bintoro SULTAN TRENGGANA, Pajang JAKA TINGKIR, PAKU ALAMAN dan KASULTANAN YOGYA dan WALI SONGO yang di kemudian hari muncul Sang Proklamator Republik Indonesia Bapak Presiden Soekarno dan kini salah satu puterinya yankni Ibu MEGAWATI SOEKARNO POETRI yang kini berpasangan dengan Bapak Prabowo untuk memperebutkan Kursi Kepresidenan pada ajang PEMILU hari Rabu, 8 Juli 2009. Adapun SUHU sebagai Anak Cucu Para Tokoh tersebut di atas hanya menjadi Orang biasa yakni GURU EKONOMI dan GURU TIK BELAJARAN di SMAN 1 Kraksaan dengan segala keterbatasannya. Apa dasar SUHU mengatakan bilamana Bapak Soekarno Presiden Pertama RI salah satu Anak Cucu Sunan Kalijaga yang Notabene Ar Ronggolawey dan Al Arya Wira Rajay ? Dasarnya pidato beliau saat Acara Halal Bi Halal Yang Pertama kali diadakan di Indonesia pada saat itu sekitar tahun 1970-an. Bapak Soekarno sebagai Bapak Bangsa yang dikenal dan dikenang oleh Pihak Nasional maupun Internasional, tentunya tidak berani berbohong kepada Publik. Sssssstttt ... hai bukankah seluruh manusia Anak Cucu Adam dan Hawa ... begitu saja kok dipamerkan ! Memang benar, hanya saja segala sesuatu di dunia ada jalan ceriteranya dan setiap Anak Cucu Adama Hawa tentunya ada jalur-jalur kekerabatan yang diketahui dan ada pula yang tak diketahui karena LINKBREAK. Yang jelas toh pada akhirnya, Orang Yang paling mulia di sisi Allooh itu adalah Orang paling bertaqwa di antara kamu sekalian ( ان اكرمكم عندالله اتقا كم), maksudnya : Orang Islam yang bisa masuk ke Syurga Allooh yang paling tinggi derajatnya adalah orang yang paling beriman bertaqwa di antara seluruh Ummat Islam di dunia ini dan bukan ditentukan oleh faktor-faktor di luar itu misalnya : Status Sosial, Darah Biru, Kyahi, Ustadz, Ustadzah, Dokter, Teknokrat, Birokrat, Tukang Becak, Tukang Cari Rumput, Budak, Ganteng, Cantek, Kaya, Miskin, Guru Senior, Guru Berprestasi, Kepala Sekolah Berprestasi, Ketua RT, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR, dll. Mengapa demikian ? Karena kesemuanya bersifat duniawi, namun bilamana mampu menjaga keduanya tentu akan mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan ganda yakni DUNIA AKHIRAT dan AKHIRAT DUNIA. Oleh karena itu, bilamana faktor-faktor yang bersifat duniawi tidak mampu didapatkan, maka faktor-faktor akhirat tidak boleh lepas begitu saja, sebab akan menjadi Manusia Yang Rugi Lahir Batin, Dunia Akhirat. Na’uudzu bil-laahi min dzaalik 3x !!!
  4. Berhubung cukup lama di Makam Cakraningratan, ternyata semua Rombongan sudah naik bus dan akan berangkat.
  5. Selanjutnya turun gunung lagi dan menuju Museum Keraton Sumenep. Di museum itu yang paling menarik bagi SUHU adalah silsilah Tokoh-Tokoh Pemerintahan dan Masa-Masa Pemerintahannya, mulai dari BANYAK WIDE (ARYA WIRA RAJA) hingga di zaman modern. Di antara mereka yang paling menarik lagi adalah Banyak Wide (Arya Wira Raja-Pelindung Utama Raden Wijaya dan Pendukung Utama Berdirinya Kerajaan Majapahit di Mojokerto-Jawa Timur), Joko Thole dan Bindere Saod yang menelorkan sebagian ‘Alim Ulama di kabupaten Probolinggo khususnya KELUARGA BESAR RANGKANG. Sayangnya, waktu tidak cukup untuk berziarah ke Makam Joko Thole Sang Tokoh Legendaris Pulau Madura dan Makamnya Kyahi Batu Ampar. Rupanya hal ini dirasakan juga oleh sebagaian Kawan Rombongan yang sempat juga menayakan ke Bapak Nasor.
  6. Disayangkan pula, alat potret SUHU hanya berupa HP sehingga kurang puas. Namun tak apalah daripada tidak samasekali. Yang paling kerasan di Museum tersebut adalah Ayahnya Ayu Suaminya Ibu Lilik Suhartini, Pak Budi (Suami Ibu Andayani ) + Ibu Andayani dan SUHU Sendiri. Mereka berlama-lama potret sana potret sini dan berpose di sana dan di sini.
  7. Kemudian langsung menuju di belakang Kantor Pariwisata Sumenep untuk melihat Istana Turun Temurun Para Raja Sumenep dan Kolam Mandi Keluarga Keraton. Wow !!! Ikannya besar-besar dan Ibu Yerry sempat digoda, wah ini kan kesukaannya Ibu Yerry, jangan-jangan nanti ikannya digoreng semua ! Apa hubungannya Ibu Yerry dengan Ikan di kolam tersebut ? Sebenarnya tak ada, hanya dikait-kaitkan dengan di sekolah yakni biasanya yang tukang menggoreng ikan hasil panenan Kolam Sekolah itu Ibu Yerry, Ibu Farida.
  8. Menurut keterangan Petugas, Para Bupati Sekarang yang jadi, harus menempati Istana Masa lalu itu. Pengunjung hanya boleh mengintip termasuk SUHU. Meski hanya pakai HP, sempatkan potret juga Kamar tersebut lewat lubang intip. Jadinya ya menyeramkan.
  9. Saat mau keluar dari Kolam Mandi, sempatkan diri menjenguk seekor Rusa dan Burung Unta, lalu ditutup foto mejeng bersama. Hayooo ganteng mana antara Pengunjung , Rusa dan Burung Unta ? Jawab rusa,”Saya dong !”. Sela Burung Unta,”ya jelas ganteng saya dong dong ah ... !!!”. Kata Pengunjung,”Ganteng Mana ya, saya kan cewek masak dibilang ganteng sih, celetuk pengunjung cewek ... ?!!!”.
  10. Ketika di ujung jalan keluar sebelah kanan, bertemu dengan Bapak Hery dan puterinya Deasaurus. Lho ? Kok Deasaurus ? Ya memang, sebab meskipun masih di SMP Kelas VIII anyaran, namun tubuhnya kayak Mahasiswi Tingkat Akhir dan seringkali banyak orang yang baru kenal terkecoh oleh penampilannya. Gitu loch !!! Lalu SUHU ditunjukkan oleh Bapak Hery ada keanehan yakni ada Pohon Pepaya tumbuh di atas genteng bangunan pos mau keluar dan Pohon Belimbing Bangunan Besar depan sampingnya Kios Penjualan Souvenir. Yang di bangunan pos mau kelaur, SUHU memotretnya. Berapa tingginya ? Sekitar 70 cm. Berapa besarnya ? Masih kecil. Lho kok kecil ? Ya, karena belum besar. Lho jawabanyya kok muter melulu ? Ah, siapa yang bilang begitu ? Ya yang bilang dong ... Bingung ? Biaarin !!! Memangnye gue pikirin ... !!!
  11. Kemudian bus meluncur menuju Penginapan untuk mandi, Sholat Jama’ Ta’khiir Qoshor (Dluhur-Ashar), makan siang, lalu ganti pakaian karena akan pergi ke Pantai Selopeng dan Lombang. Ibu Yerry pesan ke SUHU agar mangga yang dibawa SUHU dari sekolah supaya dibawa dan disantap ramai-rami di pantai nanti. OK dech !!! Habis makan minum diajak ngobrol oleh Bapak Nasor. Minum teh dingin ditraktir oleh Bapak Miswanto. Keasyikan ngobrol dan berangkat ke Pantai Lombang. Lama juga sampainya. Begitu sampai di Pantai Lombang, mejeng berpose dahulu, ganteng-gantengan, cantik-cantikan dan tidak ada yang elek-elekan dan juru potret andalannya Bapak menteri Adiwiyata SMAN 1 Kraksaan yakni bapak MUJI HARYANTO, SPd. Kemudian semua rombongan bertebaran ke sana kemari menuruti seleranya masing-masing. Yang suka pasir dan laut, main di pantai. Golongan muda dan anak-anak kecil yakni Galangnya Romoi Christian Cs. Main pasir. Sebagian mandi di laut. Sebagian lagi mondar-mandir sana sini kayak orang bingung. Yang lainnya lagi pergi menjelajahi tepian hutan cemara siapa tahu ketemu dengan SI XL PENDEKAR BAJU HITAM YANG TERKENAL ITU. Sebagian mejeng sana sana mejeng sini misalnya Kakaknya dan Adiknya Galang RC yakni Galuh dan Siwi, di mana dua manusia ini berlompatan di udara lalu dipotret sambil cekikak cekikik penuh kebahagiaan lupa Malang dan Kraksaan yang ditinggalkannya. Hutan ini hutan aseli cemara dan bukan hasil rekayasa. SUHU dan sebagain teman berdiri di Panggung Hiburan sehingga bebas melihat pemandangan laut. Sebagian teman lagi rujakan dan Ibu Yerry tanya mangganya dan di situ SUHU baru sadar, lupa membawanya karena keasyikan ngobrol dengan Bapak Nasor. Bapak Nasor dan Ibu Nasor entah pergi ke arah mana, tak begitu memprhatikan. Ibu H.Sa’idah alias Ibu Yayuk bersama Ibu Evi, dan lainnya lupa dech, mejeng berpose kayak Film India yang tak laku-laku sambil senyam-senyum. Ibu Enny dan Pak Enny asyik sendiri menjelajahi tepian hutan cemara bagian timur sambil menikmati Degan Hijau. Lama-kelamaan SUHU bertemu Bapak Miswanto dan Bapak Diyun sedang duduk ngobrol berdua, lalu bertanya kepada SUHU, mau ke mana ? Jawab SUHU,”Mau beli Es Degan”. Akhirnya bertiga beli es Degan dengan Big Bosnya bapak Miswanto. Aduh sayangnya diberi sirup dan sirupnya tak enak, jadinya kurang puas. Meski demikian ya dipuas-puaskan, sudah terlanjur dan terbukti habis Air Degan tersebut beserta Isinya. Harganya cukup murah, pakai es dan sirup @ Rp 3.000,00 dan degan saja cukup @ Rp 2.500,00 dan bilamana ingin tanya saja dan stel rahi gedek @ Rp Gratis, dan bilamana ingin melihat atau melirik saja @ Rp 0,00 alias BIG GRATIS. Di mata SUHU yang paling menarik di Pantai Lombang adalah pasirnya lembut sekali seperti habis diayak yang halus dan hutan aseli cemara tepian pantai di sekitar lokasi tersebut. Oleh karena itu SUHU sempatkan membawa pasirnya segelas alamo penuh sebagai hasil kedukannya Si Nuke sebagian puterinya Bapak Pendekar Kita Mr. JADU alias Bapak Syamsul Hidayat, untuk dibawa ke Pulau Jawa sekaligus mengenang Perjuangan Sebagian Leluhur di Pulau Madura tersebut. Setelah membersihkan diri dengan air tawar yang telah disediakan oleh Pengelola Wisata dan membayar pula rata-rata Rp 1.000,00 per orang. Karena menjelang maghrib, maka semua rombongan harus kembali ke penginapan lagi. Begitu mendekati penginapan, bus berhenti, ternyata waktunya Makan Malam. Saat masuk ke gang, Bapak Enny alias Bapak Irwan sempat bilang bahwasanya tempat makan yang sekarang adalah Rumah Orang Tuanya Ibu Sri Yulis. Setelah masuk ternyata bukan alias Rumah Makan Umum. Menunya Nasi Blekethek alias Lonthong Kikil. Yang lahap, lahaplah kecuali piring dan sendoknya. Yang setengah-setengah ya setengah saja yang dimakan yakni lonthongnya doang, sendok-piring masih utuh kecuali menipis karena dikelamuti oleh Yang Ngelamuti. SUHU, Ibu Angung Pariani ibunya GALANGSI (Galuh, Galang, Siwi) dan Ibu mamik Rusmiatun diam saja sambil memandangi teman-teman yang asyik makan. Mau minta jatah menu lain, tak ada alias Menu Tunggal. Daripada tak kemasukan apapun, maka makan krupuk saja Kriyak Kriyuk sambil minum teh dan kopi. Usai makan malam di mana mayoritas penumpangnya sekarang berperut Kendang dan Jedor termasuk 3 penumpang berperut Kendang Kendhor kembali ke penginapan. Meskipun berperut Kendang Kendhor toh tetap kuat berjalan beriringan dengan Pasukan Perut Kendang dan Jedor. Begitu naik bus, busnya langsung kreettttteeeekkk ... kaget rupanya ... wow tadi berangkat dan pulangnya ringan sekarang lain nich ... untung tidak njeblos bannya.
  12. Sampai di penginapan sekitar jam 22.00 WIB. Lalu sebagian ada yang mandi, Sholat Jama’ Ta’khiir Maghrib dan ’Isya’ dan macam-macam dech. Setelah itu ada yang langsung berangkat ke Alam Lain (ada yang terjungkal, ada yang dlosor sor, ada yang terkapar, ada yang merobohkan dirinya pelan-pelan dan teratur, ada yang masih begadangan). Selesai Sholat SUHU kedatangan tamu ingin sekedar ngobrol sana ngobrol sini yakni Bapak Budi (suaminya Ibu Andayani) yang tinggal di Lumajang – jawa Timur. Di sekitar wilayah SUHU yang masih bertahan matanya antara lain : SUHU Sendiri, Ibu Mamik dan sebagian puteranya Angga yang wajahnya Kayak Orang Korea, Ibu Marchumah dan sebagian puterinya Hissy yang lucunya ngalahi-ngalahi Bocah Lucu. Berhubung belum makan, maka kami berlima beli Nasi Goreng. Yang jelas, teman-teman yang belum makan di Rumah Makan tadi atau tak puas menunya, maka selanjutnya beli sendiri di sebelah utara Hotel Wijaya tersebut. Tak lama kemudian di dalam hotel menjadi sepi senyap sebab 96 % Penumpangnya naik Kereta Api Jurusan Alam Lain telah berangkat dengan kecepatan 313 km/jam dan SUHU ikut menyusul mereka pada jam 12.30. Bapak Nasor dan Ibu Nasor disusul besannya dan kayaknya bermalam di Kali Anget (maaf belum konfirmasi), sedangkan Bapak Safari dijemput temannya untuk keliling Kota Sumenep sekaligus mencari dan membeli Batik Madura.
  13. Jam 03.25 SUHU terbangun, lalu ke jeding, wudlu, Sholat Hajat, Sholat Tahajjud, dan Sholat Witir, lalu ditutup dengan Dzikir, Do’a dan Hadiah Do’a kepada Seluruh makhluk yang ada di Pulau Madura baik yang hidup maupun yang mati. Yang jahat biar menyingkir dan bilamana tetap membandel dihancurkan oleh Allooh SWT, yang baik dan beriman bertaqwa kepada Allooh SWT dan Hari Akhir ikut mendoakan dan mendapatkan Ampunan-Ridla-Berkah Allooh SWT, dan yang belum beriman kepada Allooh SWT dan Hari Akhir agar mendapat Pintu Hidayah dari Allooh SWT.
  14. Tak lama kemudian terdengar Adzan untuk Sholat Subuh. Setelah Sholat Subuh di Musholla, maunya cari teman untuk jamaah ternyata tak ada, ya terpaksa MUNFARID alias SENDIRIAN DONG. Setelah berdzikir dan berdo’a, maka ganti pakaian dan dilanjutkan dengan acara OLAHRAGA RINGAN UNTUK KEBUGARAN yakni Lari Kecil, Senam Kebugaran dan Senam Pernafasan. Setelah terasa hangat, berhenti. Kemudian relaksasi, kirim sms ke Ibu Yerry untuk mengelola Mangga biar termakan dan terbagai rata karena mau dibagi satu per satu tidak cukup dan akhirnya diiris-iris saja. Lalu mandi. Selesai mandi, Ibu Yerry sudah ada di depan pintu sambil bawa pisau, lalu dikupas cepat-cepat, dan alhamdu lil laah, tangannya tak ikut dikupas.
  15. Jam 07.00 Rombongan berangkat meninggalkan Hotel Wijaya untuk melanjutkan Ziarah ke Makam Asyaikh Sayyid Al Hasany di Talango yakni Pulau kecil berdekatan dengan Kali Anget. Rencananya sempatkan mampir di Asy Syaikh Cholil Sepuh Bangkalan Asy Syarif Hidayatullah Cireboony dan kembali ke Pulau Jawa tepatnya SMAN 1 Kraksaan.
  16. Sebenarnya ada teman yang ingin ikut ke Pulau Madura, namun kondisi situasi tidak memungkinkannya untuk ikut yakni :
  • Ibu Lilik Suhartini. Beliau tak jadi ikut karena ada panggilan mendadak dari DIKNAS Kabupaten Probolinggo untuk menjadi Kepala Sekolah di SMPN Sumber Asih – Probolinggo. Kepala sekolah yang ada terkena penyakit stroke berat.
  • Bapak Tasron, SPd, MPd. Beliau mewakili Kabupaten Probolinggo untuk ikut Lomba Guru Berprestasi tingkat Jawa Timur. Karena tak bisa ikut, otomatis Istri dan Anaknya (Ibu Rohana dan Tyan) terpaksa tidak bisa ikut.

Bersambung ke Kisah V

Category : | Read More......

0 Response to "WISATA RELIGIUS SMAN 1 KRAKSAAN 2009-4"

Posting Komentar

No Spam, Sara, etc. Thanks

About School

Foto saya
Menuju Sekolah Idaman Sepanjang Zaman * Tahun 1978 s.d. 2005/2006 sebagai SMA Standar Umum. * Tahun 2006/2007 s.d. 2008/2009 sebagai Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN) dan Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM). * Membidik Sekolah Bertaraf Internasional.

Clock

Followers

Pesan dan Kesan



Link of SMAN 1 Kraksaan

Copy This Code for Your Web
Copy This Code for Your Web